PRASASTI TALANG TUWO KERAJAAN SRIWIJAYA
Fahmi Nadzar
130731616736
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Jurusan Sejarah
Prasasti Talang Tuwo merupakan salah satu prasasti peninggalan dari kerajaan Sriwijaya dan merupakan sumber sejarah kerajaan Sriwijaya yang penting. Prasasti Talang Tuwo ditemukan disebelah barat kota palembang tepatnya di daerah talang tuwo Sumatera Selatan. Prasasti ini ditemukan oleh Louis Constant Westenenk yang merupakan residen Palembang kontemporer pada 17 November 1920 di Kaki Bukit Seguntang. Tempat ini dikenal sebagai tempat peninggalan zaman kerajaan Sriwijaya
Prasasti ini berukuran 50 x 80 cm dengan bidang datar. Pada prasasti ini tertulis angka tahun 606 Saka yang isinya dituliskan dengan menggunakan aksara pallawa dan bahasa melayu kuno. “Teks prasasti ini berjunlah 14 baris dan dipahat diatas batu pasir” (Pemkot Palembang, 2007:20).
Isi dari prasasti Talang Tuwo adalah sebagai berikut :
“Swasti, sri sakawarsatita 606 dim dwitiya suklapaksa wulan saitra sana tatkalana parlak Sriksetra ini niparwuat parwan Dapunta Hyang Sri Yayanasa (-ga) ini pranidhanan Dapunta Hyang sawanakna yang nitanam di sini niyur pinang hanau rumwiya dngan samisrana yang kayu nimakan wuahna tathapi haur wuluh pattung ityewamadi punarapi yang warlak werkan dngan sawad tlaga sawanakna yang wualtku susarita parawis prayojanakan punyana sarwwasatwa sasarasara waropayana tmu sukha di asannakala di antara margga lai tmu muah ya ahara dngan air niminumna sawanakna wuatna huma parlak mansak muah ya manghidupi pasu prakara marhulun tuwi wrddhi muah ya jangam ya niknai sawanakna yang upasargga pidana swapnawighna warang wuatana kathamapi anukula yang graha naksatra prawis diya Nirwyadhi ajara kawuatanana tathapi sawanakna yam khrtyana satyarjjawa drdhabhakti muah ya dya yang mitrana tuwi janan ya kapata yang wiwina mulang anukala bharyya muah ya waramsthanana lagi suri ussa wadhana paradara di sana punarapi tmu ya kalyanamitra marwwangun wodhisitta dngan maitridhari di dang hyang ratnaraya jangan marsarak dngan dang hyang ratnaraya. tathapi nityakala tyaga marsila ksanti marwwangun wiryya rajin tahu di samisrana silpakala parawis samahitasinta tmu ya prajna smrti medhawi punarapi dhairyyamani mahasattwa wajrasarira anubamasakti jaya tathapi jatismara awikalendriya mansak rupa subjaga hasin halap ade yawakya Brahmaswara jadi laki swayambtu puna (ra) pi tmu ya sintamaninidhana tmu janmawasita. karmmawasita slesawasita awasana tmu ya anuttarabhisamyaksam wodhi”
Berikut merupakan terjemahan dari isi Prasasti Talang Tuwo adalah sebagai berikut
“Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Śrīksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Śrī Jayanāśa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan. Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan, semoga mereka menemukan makanan serta air minum. Semoga semua kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah ternak bermacam jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik mereka. Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa karena tidak bisa tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan bintang menguntungkan mereka, dan semoga mereka terhindar dari penyakit dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka. Dan juga semoga semua hamba mereka setia pada mereka dan berbakti, lagipula semoga teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga istri mereka menjadi istri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu tidak ada pencuri, atau orang yang mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau penzinah. Selain itu, semoga mereka mempunyai seorang kawan sebagai penasihat baik; semoga dalam diri mereka lahir pikiran Boddhi dan persahabatan (…) dari Tiga Ratna, dan semoga mereka tidak terpisah dari Tiga Ratna itu. Dan juga semoga senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar; semoga dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, pengetahuan akan semua kesenian berbagai jenis; semoga semangat mereka terpusatkan, mereka memiliki pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya, bertubuh intan seperti para mahāsattwa berkekuatan tiada bertara, berjaya, dan juga ingat akan kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya, berindra lengkap, berbentuk penuh, berbahagia, bersenyum, tenang, bersuara yang menyenangkan, suara Brahmā. Semoga mereka dilahirkan sebagai laki-laki, dan keberadaannya berkat mereka sendiri; semoga mereka menjadi wadah Batu Ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga akhirnya mereka mendapatkan Penerangan sempurna lagi agung”
Dari terjemahan diatas dapat dikatakan bahwa prasasti ini merupakan suatu peraturan yang diberlakukan oleh Raja Sriwijaya untuk para penduduk Sriwijaya. Selain itu djelaskan dalam buku Pesponegoro Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Isi dari prasasti Talang Tuwo antara lain adalah “tentang pembuatan taman Sriksetra atas perintah Punta Hyang Sri Jayanasa, untuk kemakmuran semua makhluk. Disamping itu, ada juga doa dan harapan yang jelas menunjukkan sifat agama Buddha” (Poesponegoro, 2008:74).
Dalam tulisan prasasti ini terlihat terdapat hubungan baik antara penguasa kerajaan Sriwijaya dengan Penduduk Sriwijaya yang berarti menunjukkan kehidupan yang harmonis pada masa itu. Hal ini dapat ditunjukkan dari harapan pembuatan taman Sriksetra yang didedikasikan untuk penduduk Sriwijaya serta doa-doa yang dipanjatkan Raja Jayanaga didalam prasasti tersebut yang melambangkan suatu kepedulian dari pemimpin Kerajaan Terhadap Masyarakatnya.
Doa-doa yang dipanjatkan oleh Raja Jayanaga ini dapat menjadi bukti bahwa agama Buddha sudah berkembang pesat pada masa tersebut. Merujuk dari kata-kata prasasti Talang Tuwo seperti Bodhicitta, Mahasattva dan Annuttarabhisamyaksamvodhi yang dimana kata-kata tersebut digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana Buddha, menunjukkan bahwa Raja Jayanaga Sriwijaya pada masa itu telah menganut ajaran agama Buddha yang dapat dianalisis beralirkan Mahayana.
Daftar Pustaka
Poesponegoro. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
Pemkot Palembang. 2007. Buku Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Palembang: PT. Musi Pesona Persada
Sejarah.Kompasiana.com.2014. Kebajikan Raja Sriwijaya. (Online),
http://sejarah.kompasiana.com/2014/10/16/kabajikan-raja-sriwijaya-685716.html. Diakses tanggal 1 Maret 2015
TanjungKaciakMuaropaneh. 2012. Sriwijaya dan Prasasti Talang Tuo. (Online)
htttp://Sriwijaya & Prasasti Talang Tuwo _ Tanjuang Kaciak.html. Diakses tanggal 1 Maret 2015
